Headlines News :

BLOG PRIVACY

MOHON MAAF JIKA PORTAL INI TIDAK BERISI KONTEN PORNOGRAFI KARENA DI DALAM BLOG INI HANYA BERISI PENGETAHUAN YANG MUNGKIN ANDA HARAPKAN
Home » » Latihan Menata Hati

Latihan Menata Hati

Dalam kehidupan nyata, sangat banyak yang kita harus hadapi. Seberapa sukses kita menghadapinya adalah berbanding lurus seberapa kemampuan diri kita dan seberapa besar keyakinan
kita kepada Allah.

Salah satu problem yang pasti akan dihadapi oleh siapapun adalah menerima
kritikan. Mendengar kata "kritik" bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang menghinakan, menyakitkan
dan merendahkan diri kita. Bahkan kebanyakan orang menganggap pengritiknya adalah musuh.

Akibatnya, jika sebuah kritik terlontar maka yang terjadi adalah permusuhan
atau paling tidak perbedaan
pendapat yang menegangkan. Ini tidaklah salah, karena setiap manusia
membutuhkan rasa aman. Jika perasaan
aman itu terganggu maka muncullah perlawanan. Tapi keuntungan apa yang akan
kita dapatkan dari permusuhan ini?

Bagi orang-orang yang sedang memperbaiki diri, kritikan justru bisa memicu
dirinya untuk menjadi lebih baik. Mereka tidak mau menghabiskan energinya
untuk melampiaskan kekecewaan hatinya. Justru mereka sibuk mencari hikmah
dan segera diterapkan dalam dirinya agar terjadi percepatan perubahan yang
sangat nyata.

Bagaimana jika kritikan itu merendahkan diri kita? Ah, sebenarnya kalau
kita mau jujur, kita adalah lebih
rendah dari kritikan itu. Kita merasa direndahkan oleh kritikan karena kita
merasa tinggi dan mulia. Justru
merasa mulialah yang akan menjerumuskan kita ke neraka.

Bagaimana jika kritikan itu disampaikan bukan pada saat yang tepat? Kita
tidak akan pernah merasa tepat
menerima kritikan. Kita lebih siap dipuji daripada dikritik. Orang lain
pun, yang kita minta untuk
mengritik kita, jarang-jarang segera mengatakannya pada saat kita minta.
Kalaupun dikatakan, maka sangat
halus menyampaikannya. Justru pada saat kita tidak siap, maka itulah
kritikan yang asli. Bisa jadi kritikan ini lebih mirip dengan keadaan kita
yang sebenarnya.

Bagaimana jika cara menyampaikannya dengan cara yang kurang baik? Kita
tidak perlu protes. Bukankah mereka
berbicara dengan mulut mereka sendiri? Bukankah idenya muncul dari pikiran
mereka sendiri? Kita tidak berhak
untuk mengatur orang lain untuk bertindak seperti yang kita inginkan.
Biarkan saja mereka berbicara dan kita
meraih hikmahnya.

Bagaimana jika yang mengritik adalah orang yang kita cintai? Justru itulah
bukti cinta tulus mereka kepada
kita. Mereka ingin menyelamatkan kita dari malapetaka dengan kritikan itu.
Justru merekalah sahabat sejati
kita. Mereka telah merelakan dirinya menjadi cermin bagi kita. Bukankah
cermin adalah mahluk paling jujur
yang menggambarkan obyek di dekatnya?

Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan?

1. Jangan sekali-kali membantah kritikan itu, biarkan ia tertumpah. Jika
kita membantahnya, maka ibarat
   aliran alir di sungai yang deras dan kita membendungnya. Maka yang
terjadi adalah bendungan jebol atau paling
   tidak air meluap ke mana-mana. Dengarkan sampai tuntas dan akui bahwa
kritikan itu benar.
2. Ucapkan terima kasih kepada yang menyampaikannya. Ini tidak begitu
mudah, tapi justru di sinilah salah
   satu tolok ukur kualitas kita.
3. Berikan maaf dan kirim do'a kebaikan bagi pengritik itu. Inilah tindakan
yang terpuji. Memberikan maaf dan
   mendoakan adalah bagian dari amal sholeh kita, jika dilakukan dengan
penuh keihlasan.

Mungkin tidak sesederhana dan semudah itu kita lakukan. Tapi apalah gunanya
kita bergelut dengan kritikan sehingga kita kehilangan kesempatan untuk
melakukan amal sholeh lainnya? Lebih baik kita rubah energi marah kita
menjadi energi perbaikan diri.
Share this article :

0 Komentar:

CARI

< Letakkan disini kode Shoutbox Anda>

Artikel Populer

 
Support : Creating Website | Ekhardhi Design | Ekhardhi Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. @ekhardhi - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Ekhardhi Design