Malas, merupakan salah satu
penyebab negara Indonesia ini tertinggal dengan negara lain khususnya
hubungannya dengan Sumber Daya Manusia (SDM). Sebagai contoh janganlah
jauh-jauh dahulu ke Eropa, tapi yang dekat terlebih dahulu seperti Malaysia
ataupun Singapura yang secara geografis luas negaranya maupun kekayaan alamnya
jauh berbeda dengan Indonesia namun jauh berbeda pula dalam hal
"manusianya", padahal dulu pelajar maupun guru-guru dari Malaysia
datang ke Indonesia ini untuk belajar memperdalam ilmunya.
Malas bisa berarti banyak hal,
malas belajar (umum terjadi pada pelajar) ataupun malas dalam lingkup yang
universal yaitu malas dalam mengerjakan sesuatu Tapi memang rasa malas sudah
merupakan fitrah dari Tuhan dan kita harus yakin bahwa pemberian Tuhan itu
selalu ada manfaatnya, hanya saja permasalahannya terletak pada bagaimana kita
mengatasi rasa malas tersebut, mencoba mengambil manfaat atau hikmah dari
penanganan rasa malas kita dan belajar melihat dari sudut pandang yang lebih
baik.
Malas itu bisa diibaratkan
seperti keimanan kita yang ada kalanya meningkat dan ada kalanya menurun. Tapi
ternyata kalau dilatih terus menerus dan teratur keimanan itu bisa meningkat
atau setidaknya tidak menurun. Nah..begitupun dengan malas, dengan cara teratur
diikuti dengan kekonsistenan kita mengerjakan metode atau cara mengatasi rasa
malas, insyaallah rasa malas bisa di atasi dan bukan tak mungkin bisa berubah
menjadi rajin..
Aku jadi terinspirasi oleh
temanku yang mengatakan seperti ini, "wah..kalau ada yang nggak malas,
hebatlah". Dari perkataan terdapat makna yaitu orang yang malas dengan
yang rajin, yang sukses dengan yang gagal sama-sama menghabiskan waktu 24 jam
perhari, yang membedakan hanyalah manajemen dan pemanfaatan waktu tersebut. Ada
beberapa cara untuk mengatasi rasa malas, diantaranya ialah
1. Banyak membaca
Jenis bacaannya bisa
bermacam-macam, buku, komik, novel ataupun majalah karena disini tidak
mempermasalahkan dahulu apakah buku itu baik atau tidak untuk dibaca, tapi yang
penting adalah benar terlebih dahulu, benar dalam rangka untuk membentuk
kebiasaan dan sifat tidak malas karena nanti itu akan menjadi kepribadian dan
karakter kita. Dampak dari membaca adalah kita akan berfikir lebih
"jauh" dan akan merasa rugi jika membuat waktu kita tidak efektif dan
terbuang dengan sia-sia karena telah terbiasa untuk selalu mengefektifkan
waktunya dengan cara yang benar. DR. Aidh Al-Qarni dalam bukunya "La
Tahzan" menuliskan "Berpengetahuan dan berwawasan luas, menguasai
banyak teori keilmiahan, berfikir secara orisinil, memahami permasalahan dan
argumentasi pijakannya adalah sedikit dari sekian bayak factor yang dapat
membantu menciptakan kelapangan di dalam hati. Orang yang berpengetahuan luas
adalah orang yang berfikiran bebas dan berjiwa teduh". Sedangkan untuk
implementasi dari membaca bisa dengan mengajar, menulis, dll.
Setelah kita membaca yang
benar, kemudian bertambah tingkatan menjadi baik sehingga menjadi "membaca
yang benar dan baik". Baik disini mengandung arti membaca buku -buku yang
bermanfaat dan baik tentunya seperti buku tentang pengembangan diri, ilmu
pengetahuan maupun agama, bukan lagi buku seperti komik, novel , majalah, dsb.
yang biasanya informasinya tidak berlaku untuk jangka waktu yang lama dan
tentunya dari segi manfaat dan bobot isi berbeda dengan buku yang baik tadi.
Dan jika setelah membaca kita
ingin mempunyai semangat, bacalah buku-buku tentang orang-orang yang sukses
atau tokoh -tokoh terkenal, biasanya setelah membaca buku seperti itu, timbul
semangat untuk maju dan ingin sukses seperti mereka atau bahkan melebihinya.
Bukankah hidup ini harus selalu dinamis dan terus mengalami peningkatan seperti
hadits yang sering kita dengar " Barang siapa hari ini lebih buruk dari
hari kemarin maka dia orang yang terlaknat, barang siapa yang hari ini sama
dengan hari kemarin maka dia orang yang merugi dan barang siapa yang hari ini
lebih baik dari hari kemarin maka dialah orang yang diridhai atau diberi rahmat
oleh Allah".
2. Permainan pikiran.
Pokoknya, ketika kita ingin
melakukan sesuatu dan tiba-tiba rasa malas muncul, jangan pernah mengucapkan
ataupun berpikiran negatif seperti "ah.cape nih, sepertinya tidak akan
benar". Lebih baik berpikiran positif seperti "wah..sepertinya asyik
nih.pasti rame, come on semangat..semangat,de el el. Karena bagimanapun juga
energi yang digunakan untuk berpikiran yang negatif dengan positif itu adalah
equal alias sama, jadi bukankah lebih baik apabila kita hanya memasukkan
pikiran yang positif saja. Otak secara otomatis akan menerima perintah dan
masukan dari kita. Kalau berpikiran malas, pasti rasanya malas terus, otak kita
akan mencari alasan supaya kita menjadi malas. "Apa yang anda pikirkan
akan menjadi kenyataan" (Quantum Learning). Kemudian jika kita melakukan
sesuatu harus sesuai mood dan kalau tidak mood maka yang ada hanya malas,
yakinlah tidak akan sempurna, seharusnya mood atau tidak, kerjakan saja. Justru
mood itu datang saat kita sedang melakukan suatu kegiatan, bukan sebelum
kegiatan tersebut akan dilakukan. Masalah penampakan mood itu hanya sebuah
alasan sebagai persembunyian akan rasa malas tersebut. Jadi Intinya kerjakan
saja dan selalu berpikiran positif, semua itu akan membuat hidup lebih hidup..
Rasa malas tidak akan pernah hilang jika kita terus berpikiran malas dan hanya
menunggu malasnya hilang. Seperti slogan salah satu produk sepatu, Just Do It
.!
3. Memiliki Tujuan
Hidup bisa diibaratkan dengan
sebuah kapal laut dan kitalah nahkodanya. Kalau seorang nahkoda tidak punya
tujuan dan tidak mempunyai kejelasan mau dibawa kemana kapal tersebut, maka
kapak itu hanya akan terombang-ambing oleh ombak dan hanya mengikuti kemana air
mengalir. Dengan tujuan kita punya impian dan akan mengerahkan upaya untuk
mencapai tujuan tersebut sehingga rasa malas akan tersingkirkan.
Sangatlah rugi kalau hidup ini
layaknya kapal tadi, hanya mengikuti kemana air mengalir, tidak punya suatu
kejelasan. Hidup ini terlalu berharga untuk disia-siakan, seperti kata bijak
"masa depan adalah apa yang kita lakukan pada hari ini". Terus kalau
kita malas terus bisa ditebak bagaimana jadinya masa depan kita. Semakin banyak
yang kita perbuat semakin nyatalah jati diri kita. Kemudian untuk mengatasi
malas, kita juga harus selalu introspeksi diri sendiri supaya kita terus
memperbaharui diri dan memperbaiki kesalahan yang kita perbuat. Dan jangan lupa
juga untuk selalu berpikiran ke depan. Silakan malas malasan sekarang, tapi
kita juga harus siap dan berani menanggung akibatnya suatu saat nanti, khan apa
yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Ingat, kitalah pemimpin diri kita
sendiri !.
4. Berdoa
Meskipun dengan semangat yang
menggebu, banyak membaca, dan terus mencari cara untuk menghilangkan malas,
tetap saja kalau tanpa seizin -Nya, semua itu tidak akan pernah berhasil.
Supaya kita tidak jadi orang yang sombong, banyak - banyaklah berdoa karena doa
merupakan suatu pengharapan yang akan membuat kita selalu termotivasi khususnya
secara psikologis. Kata - kata yang diucapkan dalam doa akan menjadi suatu
pemikiran yang positif bagi kita. Lalu apa yang kita lakukan setelah kita
berdoa ? jawabnya adalah ikhtiar. Kita tidak bisa hanya berdoa saja tanpa
melakukan suatu upaya. Sebagai wujud tanggung jawab dari doa kita adalah kita
bersungguh-sungguh berusaha mewujudkan doa tersebut. Setelah itu barulah kita
bertawakkal yang berarti menyerahkan setiap urusan kepada - Nya. Kita harus
sadar bahwa kita itu penuh dengan keterbatasan, kita hanya bisa berusaha dan
berdoa sedangkan Tuhanlah yang berhak menentukan. Tentunya supaya doa kita
dikabulkan, syarat mutlak adalah rajin beribadah..
Perlu diingat bahwa yang
benar-benar ada itu adalah orang yang rajin dengan yang malas, bukan yang
pintar dengan yang bodoh, karena kita itu semuanya makhluk yang unggul, coba
bayangkan sebelum kita terlahir ke dunia ini kita sudah bersaing dengan
berjuta-juta sperma, dan kitalah yang keluar sebagai pemenangnya.
Mungkin masih banyak cara-cara yang lain, tapi semoga cara-cara diatas bisa menghilangkan atau minimal mengurangi rasa malas kita. Tapi semuanya kembali kepada diri kita sendiri karena rasa malas akan terus menghantui kalau kitanya sendiri tidak pernah ada keinginan kuat untuk menghilangkannya. Bagaimana ?
Mungkin masih banyak cara-cara yang lain, tapi semoga cara-cara diatas bisa menghilangkan atau minimal mengurangi rasa malas kita. Tapi semuanya kembali kepada diri kita sendiri karena rasa malas akan terus menghantui kalau kitanya sendiri tidak pernah ada keinginan kuat untuk menghilangkannya. Bagaimana ?
0 Komentar:
Posting Komentar