Headlines News :

BLOG PRIVACY

MOHON MAAF JIKA PORTAL INI TIDAK BERISI KONTEN PORNOGRAFI KARENA DI DALAM BLOG INI HANYA BERISI PENGETAHUAN YANG MUNGKIN ANDA HARAPKAN
Home » » Mewujudkan Good Governance Melalui pelayanan Publik

Mewujudkan Good Governance Melalui pelayanan Publik

PINTU UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN
Ada beberapa pintu masuk untuk menginjeksikan perubahan dalam birokrasi pemerintah, dari yang paling kecil (mikro) sampai dengan yang pali
ng besar (makro). Pintu perubahan yang paling kecil adalah perubahan pada tingkat perseorangan, sedangkan yang paling besar adalah perubahan pada tingkat sistem. Semakin besar cakupan perubahan semakin besar dampaknya terhadap perbaikan kinerja. Namun resiko dan resistensi yang muncul dan perubahan pada tataran sistem juga sangat besar. Tergantung pada kapasitas manajemen resiko yang dimiliki, apakah perubahan yang akan dilakukan melalui perubahan pada tingkat perseorangan atau perubahan pada tingkat sistem. Kalau kapasitas manajemen resiko yang dimiliki besar maka perubahan pada tataran sistem akan memiliki dampak yang lebih besar.
Untuk mendorong perbaikan kinerja, agen pembaharu dapat menginjeksikan perubahan melalui kombinasi dan berbagai pintu perubahan, yaitu dari tingkat perseorangan, prosedur kerja, organisasi, subsistem, dan sistem secara keseluruhan. Semakin banyak perubahan yang diinjeksikan melalui berbagai pintu maka dampak perubahan menjadi semakin besar. Agen pembaharu dituntut untuk dapat melakukan kombinasi yang paling menguntungkan dan fisibel untuk dilakukan agar tujuan melakukan perubahan dalam birokrasi pemerintah dapat dicapai.
3.1. Perubahan Sikap dan Perilaku Aparat
Perubahan sikap dan perilaku aparat birokrasi adalah perubahan yang memiliki skala paling kecil sehingga paling mudah dilakukan. Memang tidak mudah merubah perilaku seseorang, namun karena skalanya kecil sehingga menjadi paling mudah dilakukan dan lebih kecil resikonya daripada merubah proses atau prosedur kerja. Merubah proses kerja lebih sulit dilakukan karena menuntut perubahan tidak hanya pada tingkat perseorangan tetapi juga pada sikap dan perilaku kelompok. Keberhasilan merubah sikap dan perilaku seseorang belum tentu memiliki dampak terhadap sikap dan perilaku kelompok. Orang yang sudah berubah belum tentu mampu mengupayakan terjadinya perubahan pada proses kerja dan perilaku satuan-satuan organisasi yang ada pada suatu birokrasi pemerintah.
Mengirim orang untuk mengikuti pelatihan dan mengambil gelar sarjana dan pascasarjana adalah satu contoh upaya untuk melakukan perubahan pada tingkat perseorangan. Seorang aparat pemerintah yang telah selesai mengikuti pelatihan, pendidikan bergelar, ataupun magang sehingga mengalami perubahan sikap dan perilaku, tidak secara otomatis akan dapat mempengaruhi proses kerja. Perilaku baru ketika dihadapkan dengan proses kerja yang lama biasanya berakhir dengan kekalahan atau kegagalan perilaku baru tersebut dalam merubah proses kerja. Situasi seperti ini sering terjadi dalam birokrasi yang sangat rule-driven atau dikendalikan peraturan. Kecuali terjadi critical mass yang kemudian mampu menciptakan tekanan untuk merubah proses kerja yang ada sehingga proses kerja menyesuaikan sikap dan perilaku baru yang berkembang.

Perubahan pada tingkat perseorangan jika tidak diikuti dengan perubahan pada tingkat yang lebih tinggi seringkali mengalami kesulitan untuk dijaga keberlanjutannya. Bahkan, banyak aparat yang telah mengalami pencerahan sehingga memiliki sikap dan perilaku baru sering mengalami frustasi karena proses dan prosedur kerja di birokrasi tidak berubah atau tidak lagi sesuai dengan sikap dan perilaku mereka yang baru. Pada saat yang sama, mereka tidak dapat mengekspresikan perubahan yang dialami dalam rutinitas kegiatan di instansi. Konflik antara perilaku yang berubah dengan proses kerja dan birokrasi yang tidak berubah sering menjadi suatu keniscayaan. Intervensi diperlukan supaya perubahan pada tingkat perseorangan dapat berkelanjutan dan terus bergulir sehingga berimbas pada tinkat yang lebh luas
Untuk itu diperlukan keterbukaan dalam birokrasi. Tradisi baru untuk menghargai perubahan dan perbedaan yang sering terjadi antara perilaku baru dengan prosedur lama harus dikembangkan. Sebaliknya, persepsi yang menganggap perilaku yang berbeda dengan prosedur yang berlaku sebagai bentuk penyimpangan harus dihindari. Tradisi baru yang menghargai kreativitas dan inovasi harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan birokrasi pemerintah. Di Indonesia, tradisi seperti itu belum banyak berkembang dalam kehidupan birokrasi pemerintah. Pintu untuk melakukan inovasi dan mengembangkan kreativitas belum dibuka dengan lebar. Tidak seperti di negara-negara maju, yang memberi ruang dan kesempatan luas kepada para pejabat birokrasi untuk mengembangkan inovasi dalam praktik pemerintahan dan pelayanan publik."
Masih kentalnya tradisi lama mengakibatkan proses pembelajaran dalam organisasi menjadi sangat terlambat dan terganggu, sehingga Learning organizations tidak dapat berkembang. Perubahan birokrasi selalu muncul karena tekanan dari atas, yang bersumber clan' perubahan prosedur, organisasi, dan sistem. Masalahnya adalah, proses munculnya tekanan perubahan dari atas ini sering sangat lama karena menunggu akumulasi persoalan dan kesulitan yang timbul. Sementara perubahan dari bawah atau dari perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi sulit dikembangkan dalam birokrasi pemerintah. Namun kelebihannya, perubahan dari bawah berlangsung secara evolusioner dan alamiah sehingga tidak menimbulkan gejolak.
3.2. Perubahan Proses dan Prosedur Kerja
Perubahan pada proses kerja terjadi ketika cara dan prosedur melaksanakan pekerjaan mengalami perubahan. Misalnya, ketika suatu dinas memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses kerja. Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dapat merubah prosedur kerja dan cara melaksakan pekerjaan yang selama ini telah menjadi tradisi dalam birokrasi. Kalau sebelumnya informasi selalu mengalir secara berjenjang dan sering mengalami distorsi, sekarang informasi ini datang secara bersamaan dan dapat diakses secara bersama oleh banyak orang dengan tingkat distorsi yang sang at rendah, sehingga prosedur kerja menjadi lebih sederhana dan lebih pendek. Begitu pula ketika pejabat dinas berhubungan dengan pengguna jasa, cara yang dilakukan untuk mengontrol informasi yang diberikan pengguna mungkin saja berubah.
Kalau dilakukan dengan baik, perubahan pada proses kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku para pejabat birokrasi. Perubahan proses kerja yang tidak diikuti perubahan perilaku, berpotensi menimbulkan benturan-benturan yang mungkin saja membuat tujuan perubahan proses kerja tidak dapat menghasilkan manfaat yang optimal. Tetapi jika dilaksanakan secara konsisten serta diikuti dengan langkah persuasi dan edukasi terhadap para pejabat, perubahan proses kerja dapat mengubah sikap dan perilaku para pejabat birokrasi.
Agen pembaharu sering melakukan kesalahan karena menganggap perubahan pada proses kerja secara otomatis akan dukuti perubahan sikap dan perilaku. Untuk itu diperlukan proses edukasi dan persuasi agar nilai-nilai yang terkandung dalam proses kerja yang baru dapat dipahami oleh para pejabat dan diinternalisasikan dalam kehidupan mereka. Proses internalisasi ini tentu memerlukan waktu dan upayayang sungguh-sungguh karena untuk mengganti nilai-nilai, tradisi dan kebiasaan lama yang telah melekat dalam kehidupan para pejabat bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Namun, ketika nilai dan tradisi baru sudah diterima dan berhasil diinternalisasikan maka nilai dan tradisi baru inimemiliki kekuatan normatif sehingga para pejabat dengan sadar mau melakukan praktik dan tradisi kerja yang baru.
Perubahan proses kerja tentu dapat menciptakan tekanan pada organisasi. Ketika proses kerja banyak mengalami perubahan, struktur birokrasi yang ada mungkin tidak lagi cocok dengan proses kerja. Benturan antara proses dan struktur seringkali terjadi, terutama dalam lingkungan organisasi yang dinamis Misalnya, ketika produk teknologi informasi dan komunikasi menjadi semakin banyak dan canggih tentu akan menciptakan tekanan pada struktur organisasi untuk merespon perubahan pada proses kerja. Masuknya e-government dapat mendorong birokrasi untuk melakukan restrukturisasi. Besarnya pengaruh perubahan proses kerja terhadap perubahan struktur organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan kekuatan pro-perubahan pada birokrasi dalam meyakinkan stakeholders yang lebih luas. Stakeholders, terutama pimpinan birokrasi, harus diyakinkan bahwa perubahan struktur tidak dapat lagi dihindari dan langkah restruktuAs. asi birokrasi justru menguntungkan posisi mereka.
3.3. Perubahan Organisasi
Pada tingkat organisasi, perubahan dapat dilakukan dalam berbagai area, seperti perubahan visi dan tupoksi, perubahan furgsi, maupun perubahan struktur birokrasi. Untuk mewujudkan perubahan pada tingkat ini membutuhkan energi yang lebih besar dan upaya yang lebih keras, j:ka dibandingkan ketika mewujudkan perubahan pada tingkat yang lebih rendah seperti perubahan sikap dan perilaku maupun perubahan proses kerja. Mengapa? Karena perubahan pada tingkat ini memiliki implikasi yang lebih besar, pihak yang terkena imbas dan dampaknya juga lebih besar, mengundang pro dan kontra yang lebih keras, sehingga selalu memunculkan resistensi dan kendala yang lebih besar. Tetapi kalau dirancang dengan benar dan diimplementasikan dengan baik, maka perubahan pada tingkat organisasi akan memiliki dampak jauh lebih besar terhadap perbaikan kinerja birokrasi dibandingkan dengan perubahan pada tingkat dibawahnya.
Karena menyangkut sumberdaya, resiko, dan kemungkinan menghadapi resistensi yang sangat besar maka perubahan pada tin' gkat organisasi harus benar-benar dirancang dengan baik. Semua stakeholders yang nasibnya terpengaruh oleh perubahan yang akan ter;adi harus diidentifikasi keberadaan dan kepentingannya. Pendek kata, semua keuntungan dan kerugian yang dialami masing-masing stakeholder akibat adanya perubahan harus dipetakan dengan baik. Siapa mendapatkan apa, bagaimana sikap dan reaksi mereka terhadap perubahan, siapa yang akan mendukung dan menolak perubahan, dan apa saja yang mungkin dilakukan oleh masing-masing stakeholders dalam merespon perubahan harus diketahui agen pem-baharu. Agen pembaharu tidak boleh mengabaikan semua itu atau bahkan terkejut atas reaksi-reaksi yang muncul dari perubahan yang diper-kenalkannya. Semua biaya dan manfaat perubahan harus terlebih dahulu dikalkulasi dengan baik, sehingga langkah antisipasi terhadap resistensi dapat dilakukan. Kalkulasi juga perlu dilakukan terhadap potensi dukungan yang mungkin diperoleh untuk memperkuat agenda perubahan yang akan dilakukan. Dalam mengenalkan perubahan pada tingkat organisasi, agen pembaharu harus menguasai manajemen resiko dan memiliki dukungan politik yang memadai. Manajemen resiko diperlukan untuk menghadapi resistensi yang muncul dari stakeholders yang merasa dirugikan akibat adanya perubahan.
3.4. Perubahan Subsistem dan Sistem Secara Keseluruhan
Perubahan pada tingkat ini memiliki resiko paling besar dan resistensi menjadi suatu keniscayaan. Perubahan subsistem kepegawaian atau subsistem keuangan pada sistem administrasi publik menciptakan tekanan yang sangat besar terhadap struktur birokrasi. Apalagi jika sistem administrasi publik itu sendiri yang mengalami perubahan, maka subsistem kepegawaian dan keuangan serta struktur birokrasi secara otomatis akan berubah karena menyesuaikan dengan perubahan sistem administrasi publik. Misalnya, ketika sistem pemerintahan yang berlaku berubah dari sentralistis menjadi desentralistis maka dengan sendirinya sistem keuangan dan kepegawaian mengalami perubahan. Perubahan pada tingkat sistem akan memaksa perubahan pada tingkat subsistem dan seterusnya. Sehingga tidak mengherankan ketika otonomi daerah dilaksanakan di Indonesia terjadi perubahan yang radikal, bukan hanya dalam bidang kepegawaian dan keuangan saja tetapi juga dalam struktur birokrasi baik di Pusat ataupun di Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Karena cakupan perubahannya sangat besar, maka perubahan pada tingkat sistem dan subsistem memiliki resiko yang sangat besar. Stakeholders yang terpengaruh oleh perubahan ini sangat banyak jumlahnya. Seluruh aspek dan dampak perubahan pada tingkat ini harus benar-benar diperhitungkan dengan cermat. Setelah semua stakeholders yang penting dan memiliki pengaruh luas dalam masyarakat teridentifikasi, agen pembaharu harus mengajak mereka berdialog mendiskusikan rencana perubahan dan alasan yang melatarbelakangi perlunya melakukan perubahan. Lebih dari itu, agen pembaharu juga harus menjelaskan mengenai keuntungan dan kerugian dari perubahan serta pengaruh perubahan tersebut terhadap nasib masing-masing stakeholders. Kepada kelompok stakeholders yang akan menanggung resiko perubahan, agen pembaharu harus dapat menjelaskan mengenai kompensasi yang akan diberikan sehingga akhirnya mereka dapat menerima perubahan secara ikhlas.
Meskipun semua itu sudah dijelaskan, tetap tidak ada jaminan bahwa pemahaman terhadap rencana perubahan dengan sendirinya dapat terwujud. Kemungkinan terjadinya distorsi terhadap rencana perubahan akan selalu ada karena kelompok stakeholders yang tidak setuju terhadap perubahan akan selalu mencari cara agar perubahan tidak terjadi atau setidaknya tertunda. Mereka dapat menciptakan isu dan disinformasi sehingga memunculkan miskonsepsi terhadap rencana perubahan yang akan dilakukan. Untuk mengantisipasi hal ini, upaya-upaya persuasi dan edukasi terhadap stakeholders dan masyarakat luas harus terus-menerus dilakukan.
Untuk melakukan upaya persuasi dan edukasi perlu dibentuk tim yang tangguh terdiri dari orang-orang yang meyakini benar bahwa perubahan memang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja pemerintah dan birokrasi. Tim ini sangat diperlukan supaya proses edukasi dan persuasi dapat dilakukan secara berkelanjutan dan sebagai upaya untuk menghadang isu-isu yang tidak benar dan melakukan pelurusan informasi. Pemilihan anggota bersifat strategis dan kritis karena kalau anggota tim tidak tahan banting dan memiliki keyakinan kuat mengenai perlunya melakukan per-ubahan, mungkin semangat dan daya juang mereka menurun ketika menghadapi resistensi yang keras.
Share this article :

0 Komentar:

CARI

< Letakkan disini kode Shoutbox Anda>

Artikel Populer

 
Support : Creating Website | Ekhardhi Design | Ekhardhi Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. @ekhardhi - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Ekhardhi Design